Senin, 08 Februari 2016

makanan survival




tumbuhan yang bisa dimakan di alam liar ( gunung)
 



Mendaki gunung (mountaineering) merupakan olahraga sekaligus hobi yang dilakukan secara outdoor di pegunungan. Kegiatan ini melibatkan perencanaan dan persiapan (strategi) yang matang, ketahanan fisik dan mental, kerjasama tim, etika, tanggung jawab (baik terhadap diri sendiri, orang lain/tim, maupun lingkungan), ketepatan dalam pengambilan keputusan, kepekaan, serta survival. Saat ini, banyak orang yang hanya karena menonton film atau membaca novel, kemudian memutuskan untuk mendaki gunung tanpa mengindahkan hal-hal tersebut diatas, bahkan standar teknis dalam pendakian. Misalnya, naik gunung dengan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dan tidak memenuhi standar keamanan, seperti pakaian berbahan jeans, tanktop, atau hot pants. Jelas itu akan membahayakan si pemakai. Atau dalam kasus lain, meninggalkan sampah di gunung, sehingga merusak keindahan dan bahkan ekosistem yang ada di gunung tersebut. Dalam tulisan ini, saya mencoba berbagi sedikit tentang manajemen pendakian, terutama bagi yang baru pertama kali memulainya. Jangan pernah menyepelekan pendakian. Karena biasanya, menyepelekan pendakian akan mengurangi kesiapan dan kewaspadaan.
SEBELUM PENDAKIAN
Sebelum melakukan pendakian, ada baiknya mempersiapkan segala sesuatu nya dengan baik. Dari mulai perencanaan, peralatan, sampai biaya yang perlu dikeluarkan. Mari kita bahas satu persatu.
A. Perencanaan
1. MENCARI INFORMASI TENTANG GUNUNG YANG AKAN DIDAKI
Setiap gunung mempunyai karakteristik dan peraturan (baik tertulis maupun tidak) yang berbeda-beda. Jauh-jauh hari sebelum pendakian, ada baiknya apabila mencari tahu tentang informasi-informasi tersebut. Seperti perizinan, kewajiban yang harus dipatuhi, larangan-larangan, peraturan-peraturan khusus yang berlaku di gunung tersebut, mitos-mitos (ini penting, karena tidak menutup kemungkinan seorang pendaki justru akan mengalami mitos-mitos tersebut).
Selain itu, mengetahui jalur pendakian yang akan dilalui, jumlah dan jarak pos, kontur gunung, gambaran medan dan jalur pendakian, tempat sumber air, camp ground, juga tidak kalah pentingnya untuk meminimalisir risiko perjalanan. Seorang calon pendaki dapat mencari tahu melalui internet (apalagi sekarang sudah ada google maps :p), atau bertanya langsung ke orang yang pernah mendaki gunung yang akan menjadi tujuan.
2. MEMBUAT ITINERARY/RUNDOWN DAN MANAJEMEN WAKTU PENDAKIAN
Setelah mencari tahu informasi tentang gunung yang akan didaki, calon pendaki harus membuat perencanaan pendakian (itinerary), untuk me-manage waktu pendakian. Seperti: kapan harus mulai mendaki, kapan harus mulai berhenti, di mana kira-kira harus berhenti (check point), jam berapa kira-kira target sampai di tempat berhenti, di mana tempat untuk camp, jam berapa harus turun, dll.
3. MEMANTAU CUACA
Jangan meremehkan cuaca. Pendakian akan menjadi sangat menyengsarakan bila cuaca tidak bersahabat. Untuk itu, terus ikuti perkembangan cuaca. Juga agar lebih siap, sebaiknya peralatan pendakian memenuhi standar keamanan. Atau, pilih musim-musim yang sekiranya aman dan bersahabat untuk melakukan pendakian. Pemilihan gear yang tepat juga penting di sini untuk berjaga-jaga pada kondisi cuaca yang tidak terprediksi. Seperti selalu membawa jas hujan, memilih jaket yang tahan air, memilih pakaian yang cepat kering, dll.
4. PERSIAPAN FISIK DAN MENTAL
Mempersiapkan fisik dan mental juga perlu. Melatih fisik sebelum pendakian sangat dianjurkan. Jangan sampai fisik tidak bugar pada saat pendakian yang mengakibatkan drop saat melakukan pendakian. Latihlah otot-otot perut, lengan, betis dan paha, dan kekuatan napas. Itu akan sangat membantu ketika melakukan pendakian.
Mental pun perlu disiapkan. Perkirakan hal-hal terpahit yang sangat mungkin akan dialami. Sehingga kita waspada, mempunyai rencana antisipasi, dan siap ketika hal tersebut terjadi. Misalnya, saat terjebak dalam cuaca buruk.
5. CHECK LIST PERALATAN, DAN PERBEKALAN
Peralatan dan perbekalan sangat menentukan keberhasilan dan keamanan suatu pendakian bila semuanya memenuhi standar keamanan. Untuk itu, buatlah checklist yang berisi kelengkapan dari peralatan dan perbekalan. Selalu lakukan re-check sebelum melakukan pendakian.
A. PERALATAN
– PERALATAN TIM
  • Tenda
  • Peralatan memasak + bahan bakar
  • Matras
  • Kantong air
– PERALATAN PRIBADI
  • Ransel (Carrier atau Daypack)
  • Pakaian (untuk mendaki dan untuk berganti)
  • Jaket gunung
  • Sepatu trek
  • Kaos kaki
  • Sleeping bag
  • Kupluk
  • Ponsel
  • Alat navigasi (Peta, Kompas, Busur derajat, GPS, dll)
  • Peluit (untuk memberi tanda jika terjadi hal darurat)
  • Alat survival (Cermin, bisa untuk memantulkan cahaya matahari jika sedang dalam kondisi darurat; Stick light; P3K; Pisau, dll)
  • Korek api
  • Senter/head lamp
  • Jas hujan
  • Tissue kering dan tissue basah
  • Plastik sampah (trash bag)
PENTING!
  • Jangan menggunakan pakaian berbahan jeans. Karena selain berpori lebar, apabila basah, akan menjadi sangat berat.
  • Gunakan jaket yang bahannya dapat menahan hawa dingin, angin, dan air.
  • Gunakan sepatu yang memenuhi standar keamanan. Usahakan yang ringan, namun kuat, dan bersol anti-slip.
  • Pilihlah ransel yang kuat dan bagus, dan lebih baik lagi jika sesuai torso. Agar nyaman saat membawa peralatan dan perbekalan.
B. PERBEKALAN/LOGISTIK (MENCAKUP OBAT-OBATAN)
– PERBEKALAN TIM
  • Beras
  • Air
  • Makanan kaleng
  • Makanan instant olahan
  • Minuman instant
  • Buah
  • Obat-obatan emergensi seperti Oksigen, alumunium foil, P3K, dll
– PERBEKALAN PRIBADI
  • Snack
  • Makanan siap makan
  • Coklat
  • Obat-obatan pribadi seperti minyak gosok, koyo, obat untuk penyakit pribadi, dll
PENTING!
Logistik seharusnya dapat mencukupi kalori yang dibutuhkan tubuh saat mendaki. Basal Metabolic Rate (BMR) atau Laju Metabolisme Basal (LMB) adalah energi minimal yang diperlukan tubuh dalam keadaan istirahat sempurna baik fisik maupun mental, berbaring tetapi tidak tidur dalam suhu ruangan 25 derajat C (Darwin, 1988:7).
Secara praktis besarnya BMR seseorang dapat dihitung dengan mengalikan berat badan dengan 24 kalori (berat badan x 24 kalori). Misalnya berat badan seseorang 60 kg kebutuhan BMRnya adalah 1440 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan kalori per hari dapat ditentukan berdasarkan kelipatan BMR sebagai berikut:
Jumlah Kebutuhan Kalori per Hari
Untuk aktifitas di alam terbuka jumlah kalori yang diperlukan seseorang berkisar 2500 s/d 3500 kalori per hari. Kebutuhan akan kalori pendaki laki-laki dan wanita berbeda, karena pada wanita jaringan lemak bawah kulitnya lebih tebal, sehingga pengeluaran kalori tubuh lebih kecil.
Pilih bahan makanan yang mencukupi nutrisi tubuh juga, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Pilih bahan makanan yang tahan lama, dan mudah diolah, juga usahakan ringan.
Untuk obat-obatan, mempersiapkan oksigen dan alumunium foil sangat disarankan. Mengingat udara semakin mendekati atmosfir semakin menipis, dan tidak menutup kemungkinan seseorang menjadi sesak napas kekurangan oksigen, lalu pingsan. Sementara alumunium foil disiapkan untuk berjaga-jaga apabila ada yang terkena hipothermia.
B. Packing
Setelah semua peralatan dan perbekalan siap dan sudah di-checklist, saatnya packing. Apabila pendakian dilakukan sendirian, hendaknya cukup membawa barang-barang dan perlengkapan yang praktis dan efisien, juga jangan terlalu berat. Namun apabila pendakian dilakukan bersama tim, bagilah barang bawaan sesuai dengan kategori. Misalnya, satu ransel berisi tenda dan sleeping bag, satu ransel berisi logistik dan alat masak, dan yang lain berisi pakaian. Namun tetap menyisipkan raincoat dalam setiap tas, agar si pembawa dapat langsung mengenakannya saat cuaca mendadak hujan. Jangan lupa untuk menyisipkan logistik pribadi untuk berjaga-jaga jika terpisah dari tim.
Usahakan packing tidak melebihi ⅓ berat badan pembawa. Jadi pembagian juga harus merata dan disesuaikan dengan kondisi fisik si pembawa. Perkirakan juga berat ransel yang akan bertambah apabila terkena hujan (basah).
Lapisi bagian dalam ransel dengan trash bag agar air tidak tembus ke dalam dan membasahi bawaan. Isi ransel dengan efisien dan berat yang merata agar nyaman ketika dibawa. Letakkan barang-barang yang penting, seperti raincoat, senter/headlamp, atau P3K, di tempat yang mudah dijangkau. Pastikan si pembawa nyaman dengan beratnya beban dan posisi ransel saat dibawa, untuk menghindari fisik yang drop.
C. Memberitahukan rencana perjalanan
Sebelum mendaki, baiknya izin keluarga dan orang-orang terdekat terlebih dahulu. Beritahukan rencana perjalanan, dari mulai waktu pendakian, jalur yang akan diambil, sampai perkiraan waktu kembali, agar mudah dilacak. Usahakan apabila memungkinkan untuk terus menjalin komunikasi mengenai titik terakhir keberadaan saat pendakian nanti.
SAAT PENDAKIAN
Saat melakukan pendakian, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Melakukan brief sebelum memasuki jalur pendakian sangat diperlukan. Brief ini bertujuan memberitahukan rencana-rencana saat melakukan pendakian. Seperti waktu berhenti, teknik pendakian, rencana sampai puncak, checkpoint, dsb. Briefing juga bertujuan untuk mengingatkan para peserta mengenai hal-hal yang berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang jangan dilakukan baik saat pendakian maupun saat camp.
1. Penentuan formasi
Dalam pendakian tim, positioning dan penentuan formasi, sangat penting. Secara garis besar, ada 3 pembagian tim. Yaitu pemimpin pendakian (leader), anggota, dan sweeper. Pemimpin pendakian dan sweeper biasanya adalah orang yang memahami jalur atau medan, atau lebih berpengalaman dalam melakukan pendakian. Pemimpin pendakian bertugas menentukan arah dan jalur yang dipilih. Sweeper bertugas berjaga-jaga dan “menyapu” jalur apabila ada anggota yang tertinggal. Sementara yang lain diletakkan di tengah agar tetap terkontrol.
Dalam melakukan pendakian tim, jaga posisi dan interval antar tiap personel. Jangan terlalu jauh. Ingat juga siapa yang ada di depan dan ada di belakang masing-masing personel.
2. Teknik pendakian
Dalam melakukan pendakian, carilah jalur yang aman dan tidak merugikan. Mengikuti jalur yang resmi (yang diperbolehkan oleh pengelola) sangat disarankan. PIlihlah pijakan yang lebih rendah, agar kerja otot paha dan betis tidak terlalu berat. Usahakan kedua tangan kosong, agar dapat mencengkram dan berpegangan pada akar-akar, pohon-pohon, atau batuan. Pastikan dulu yang dipijak dan yang dipegang cukup kokoh agar tidak tergelincir.
Jagalah interval antara satu anggota dengan anggota yang lain. Apabila terlalu jauh tertinggal, bisa mengingatkan anggota yang ada di depan untuk mengatur jarak, atau mengatur tempo langkah. Yang berada di depan juga seharusnya sering mengecek anggota yang ada di belakang. Begitu juga sebaliknya. Yang dibelakang harus tetap mengawasi yang berada di depan.
Jaga napas. Jangan terburu-buru. Atur napas sedemikian rupa, agar pasokan oksigen yang dihirup mencukupi kebutuhan tubuh. Apabila kondisi lelah, atau sesuatu terjadi pada tubuh, jangan malu dan ragu untuk melaporkannya terhadap anggota lain. Mintalah break atau istirahat. Jangan ragu meminta tolong apabla membutuhkan pertolongan. Misalnya, saat kaki kram atau terkilir, dll.
Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan, jangan dipaksakan. Berhentilah di tempat yang memungkinkan untuk beristirahat. Karena hal terpenting dalam sebuah pendakian adalah keselamatan. Bukan mencapai puncak.
SAAT CAMP
Pilihlah tempat yang dekat dengan sumber air. Jangan mendirikan tenda di lembah atau cekungan. Karena justru udara lebih dingin dan angin itu selalu berhembus ke tempat yang tekanan udaranya rendah. Mendirikan tenda diantara pepohonan sangat baik. Karena pepohonan dapat menahan angin.
Sebelum mendirikan tenda, bersihkan dulu tempat yang akan didirikan tenda dari batu-batu dan akar-akar. Selain agar tidur menjadi nyaman, hal tersebut juga menjaga agar tenda tidak sobek terkena gesekan batu atau akar. Lapisi dengan trash bag atau rumput terlebih dahulu dulu, agar bagian bawah tenda tidak lembab. Setelah itu, baru dirikan tenda.
Perapian atau dapur sebaiknya dibuat di tempat yang menyentuh tanah langsung. Untuk itu, bersihkan alang-alang atau pepohonan disekitar tempat yang akan dijadikan dapur. Tujuannya agar mencegah terjadinya kebakaran. Kumpulkan sampah pada satu titik, agar nantinya mudah membersihkannya.
SETELAH PENDAKIAN
Sebelum bersiap turun, pastikan barang bawaan telah terpacking dengan baik. Lakukan checklist ulang. Jangan lupa untuk membawa sampah turun. Leave no trace. Jangan meninggalkan sampah di gunung. Berhati-hatilah saat turun. Jangan terburu-buru. Tetap ingat kaidah-kaidah yang dilaksanakan saat pendakian.
DO AND DONT’S
Apabila tersesat atau terpisah dari tim:
LAKUKAN STOP:
S = STOP/Sit!
Berhentilah terlebih dahulu. Duduk sejenak dan tenangkan hati dan pikiran.
T = Think!
Berpikir sejenak. Coba ingat jalur pendakian. Bila tidak bisa mengingat, mulailah berpikir untuk membuka peta, melihat kompas, atau untuk memberi tanda posisi keberadaan dengan light stick, atau menggerak-gerakkan cermin
O = Observe!
Perhatikan keadaan sekeliling. Apakah jalur tersebut terdapat jejak kaki? Apakah masih baru atau tidak? Apakah ada tanda-tanda jalur tersebut dilewati? Dan sebagai persiapan, mulailah mencari-cari alat yang dapat digunakan untuk survival.
P = Plan!
Susun rencana untuk melakukan survival. Susun rencana survival dengan matang. Tentunya dengan melihat kondisi fisik, persediaan logistik, obat-obatan, oksigen, dan air, juga ketersediaan alat-alat survival.
JANGAN:
  • Panik, karena panik hanya akan menyulitkan proses SAR dan sangat mungkin membuat semakin jauh tersesat. Panik juga akan membuat tidak jernih dalam berpikir dan mengambil keputusan.
  • Memisahkan diri dari sisa personel.
Apabila ada yang sakit
LAKUKAN:
  • Istirahat dan berhenti.
  • Tangani personel yang terkena gejala penyakit tertentu dengan benar. Jangan sampai salah penanganan.
JANGAN:
  • Panik.
  • Melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan penanganan, atau justru malah makin membahayakan.

PENYAKIT-PENYAKIT GUNUNG
Sebelum melakukan kegiatan pendakian, saya rasa ada baiknya kita mengenali penyakit-penyakit gunung, beserta gejala dan penanganannya.
1. HEAT CRAMPS
Heat Cramps atau kram karena panas, adalah kejang otot hebat akibat keringat berlebihan, yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yang sangat panas. Heat Cramps disebabkan oleh hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk natrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yang berlebihan, yang sering terjadi ketika melakukan aktivitas fisik yang berat. Jika tidak segera diatasi, Heat Cramps bisa menyebabkan Heat Exhaustion.
GEJALANYA:
  • Kram yang tiba-tiba mulai timbul di tangan, betis atau kaki.
  • Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri.
PENANGANANNYA:
Dengan meminum atau memakan minuman/makanan yang mengandung garam.
2. HEAT EXHAUSTION
Heat Exhaustion atau kelelahan karena panas adalah suatu keadaan yang terjadi akibat terkena/terpapar panas selama berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Jika tidak segera diatasi, Heat Exhaustion bisa menyebabkan Heat Stroke.
GEJALANYA:
  • Kelelahan.
  • Kecemasan yang meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat.
  • Jika berdiri, penderita akan merasa pusing karena darah terkumpul di dalam pembuluh darah tungkai, yang melebar akibat panas.
  • Denyut jantung menjadi lambat dan lemah.
  • Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab.
  • Penderita menjadi linglung/bingung terkadang pingsan.
PENANGANANNYA:
  • Istirahat di daerah yang teduh.
  • Berikan minuman yang mengandung elektrolit.
3. HEAT STROKE
Heat Stroke adalah suatu keadaan yang bisa berakibat fatal, yang terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yang sangat lama, dimana penderita tidak dapat mengeluarkan keringat yang cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tidak segera diobati, Heat Stroke bisa menyebabkan kerusakan yang permanen atau kematian. Suhu 41°C adalah sangat serius, 1 derajat diatasnya seringkali berakibat fatal. Kerusakan permanen pada organ dalam (misalnya otak) bisa segera terjadi dan sering berakhir dengan kematian.
GEJALANYA:
  • Sakit kepala.
  • Perasaan berputar (vertigo).
  • Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering.
  • Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/menit (normal 60-100 kali/menit).
  • Laju pernafasan juga biasanya meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah.
  • Suhu tubuh meningkat sampai 40° – 41° Celsius, menyebabkan perasaan seperti terbakar.
  • Penderita bisa mengalami disorientasi (bingung) dan bisa mengalami penurunan kesadaran atau kejang.
PENANGANANNYA:
  • Pindahkan korban dengan segera ke tempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya.
  • Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah.
  • Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 38° Celcius.
  • Saat temperatur mencapai 38° Celcius, ganti selimut basah dengan yang kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.
4. MOUNTAIN SICKNESS
Penyebab utamanya adalah penurunan kadar oksigen di dalam darah karena berada di ketinggian tertentu. Faktor yang bisa menjadi penyebabnya adalah :
Kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda).
Pergerakan mencapai ketinggian tertentu yang terlalu cepat.
GEJALANYA:
  • Pusing.
  • Nafas sesak.
  • Tidak nafsu makan.
  • Mual terkadang muntah.
  • Badan terasa lemas, lesu, malas.
  • Jantung berdenyut lebih cepat.
  • Penderita sukar tidur.
  • Muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan.
PENANGANANNYA:
  • Beristirahat yang cukup, pada umumnya gejala ini akan hilang dengan sendirinya setelah beristirahat selama 24 s/d 48 jam.
  • Jika kondisi tidak membaik turunkan si penderita dari ketinggian tersebut, sekitar 500 s/d 600 meter.
5. HYPOTHERMIA
Hypothermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas disertai menurunnya suhu inti tubuh dibawah 35°C. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya:
  • Suhu yang ekstrim.
  • Pakaian yang tidak cukup sehingga mengenakan pakaian basah.
  • Kurangnya makanan yang mengandung kalori tinggi.
GEJALANYA:
  • Menggigil.
  • Dingin, pucat, kulit kering.
  • Bingung, sikap-sikap tidak masuk akal, lesu, ada kalanya ingin berkelahi.
  • Jatuh kesadaran.
  • Bernapas pelan dan pendek.
  • Denyut nadi yang pelan dan melemah.
GEJALANYA DILIHAT DARI SUHUNYA:
  • 37°: Adalah suhu normal.
  • 36° – 35°: Menggigil dengan disertai bulu roma berdiri, namun masih bisa terkendali. Mempengaruhi gerak langkah menjadi lamban dan koordinasi tubuh mulai terganggu.
  • 35°: Menggigil hingga tidak terkendali.
  • 35° – 33°: Pengambilan keputusan dan koordinasi tubuh mulai kabur, langkah kaki sering tersandung, berbicara kasar (dipaksakan untuk keras).
  • 33°: Tubuh semakin menggigil. Denyut nadi dan tekanan darah mulai menurun.
  • 32° – 29°: Menggigil berhenti. Kebingungan meningkat, meracau, ingatan hilang, gerakan tersentak sentak, biji mata mulai membesar.
  • 29° – 28°: Otot menjadi kaku, biji mata membesar, denyut nadi melemah dan tidak teratur, tarikan nafas melemah, warna kulit tubuh kebiru biruan, tingkah laku kacau, menuju ke arah tidak sadar.
  • 27°: Pingsan dan biji mata tidak lagi menjawab gerakan cahaya, kehilangan gerakan spontan tampak seperti telah meninggal.
  • 26°: Koma yang sangat darurat, suhu tubuh mulai menurun dengan cepat sekali
  • 20°: Denyut jantung berhenti.
PENANGANANNYA:
  • Jangan biarkan orang yang terkena Hypothermia tidur, karena hal ini dapat membuatnya kehilangan kesadaran sehingga tidak mampu lagi menghangatkan badannya sendiri. Menggigil adalah usaha secara biologis dari badan untuk tetap hangat, karena itu usahakan untuk tidak tidur.
  • Berilah minuman hangat dan manis kepada si penderita Hypothermia.
  • Bila baju yang di pakai basah segera mungkin gantilah dengan baju yang kering.
  • Usahakan untuk mencari tempat yang aman dari hembusan angin, misalnya dengan mendirikan tenda atau pelindung lainnya.
  • Jangan baringkan si penderita di tanah dan usahakan agar memakai alas kering dan hangat.
  • Masukkanlah si penderita ke dalam kantong tidur. Usahakan agar kantong tidur tersebut di hangatkan terlebih dahulu ke dalam kantong tidur tersebut. Ingat, memasukkan penderita Hipotermia ke dalam kantong tidur yang dingin tidak akan memadai karena badan si penderita tidak akan dapat lagi menghasilkan panas yang mampu menghangatkan kantong tidur tersebut.
  • Letakkan yang di isi dengan air hangat (bukan panas) ke dalam kantong tidur untuk membantu memanaskan kantong tidur.
  • Bila kantong tidur cukup lebar, maka panas badan orang yang masih sehat dapat membantu si penderita secara langsung, yaitu dengan tidur berdampingan di dalam satu kantong tidur. Kalau mungkin, dua orang masih sehat masuk ke dalam kantong tidur rangkap dua, kemudian si penderita di selipkan di tengah tengahnya.
  • Kalau dapat buatlah perapian di kedua sisi si penderita.
    Segera setelah si penderita sadar berikanlah makanan dan minuman manis, karena hidrat arang merupakan bahan bakar yang cepat sekali menghasilkan panas dan energi.
6. KRAM OTOT
Penyakit ini timbul akibat kekurangan kadar garam dalam tubuh.
GEJALANYA:
  • Kejang-kejang pada otot yang datangnya secara mendadak.
  • Nyeri pada otot yang tegang yang datangnya berulang-ulang.
  • Pada perabaan otot-otot yang keram terasa tegang serta terasa benjolan-benjolan otot.
PENANGANANNYA:
  • Baringkan penderita.
  • Renggangkan otot-otot yang kram dengan menarik atau mendorong nya.
  • Berikan tablet garam.
7. FROSTBITE
Timbul dalam pendakian gunung es sebagai akibat membekunya sel-sel air dalam sel-sel antara kulit dan kapiler (pembuluh darah kecil). Karena temperatur kulit dibawah 10°C.
GEJALANYA:
  • Kulit padat, putih keabu-abuan.
  • Jaringan kulit akan mengeras dan dapat meluas ke otot dan selanjutnya ke tulang.
  • Bagian yang terkena terasa dingin bahkan mati rasa.
PENANGANANNYA:
  • Bungkus bagian yang terkena dengan bahan yang kering dan tahan air (Water Crous).
  • Masukkan penderita ke dalam tenda, lalu masukkan bagian yang membeku ke dalam air hangat bersuhu 30°C.
  • Bila telah meluas, jalan satu-satunya adalah dipotong (Amputasi).
8. HIPOKSIA
Hipoksia yaitu kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.
Efek Hipoksia yang paling dini terhadap fisiologi tubuh adalah menurunnya ketajaman penglihatan di malam hari. Kecepatan paru-paru meningkat. Bila keadaan lebih tinggi lagi, ditemukan gejala seperti: rasa mengantuk, kelesuan, kelelahan mental, sakit kepala, mual dan kadang-kadang euforia atau rasa nyaman yang semu.
Gejala sakit kepala memang tampak dominan. Jika berlebihan, membuat kejang dan mengakibatkan koma dan mati rasa. Pertimbangan daya ingat terhadap lingkungan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan kurangnya kontrol terhadap gerakan motorik terganggu. Akibatnya, kemungkinan kecelakaan jauh lebih besar.
TINGKAT HIPOKSIA
Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru-paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih (oksigen). Sering dalam waktu satu menit akan jatuh pingsan.
Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba-tiba panik tatkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru-paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
DAMPAK DARI HIPOKSIA ADALAH :
  • Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
  • Kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis.
  • Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya.
  • Keringat dingin.
  • Bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya meninggal. Hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.
Proses Hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama. Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru-paru.
Untuk mencegah dampak buruk dari Hipoksia, para pendaki gunung yang sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan dan sirkulasi darah dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh, Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.

11 TEKNIK BERTAHAN HIDUP DI ALAM LIAR
Disadur dari: http://www.hipwee.com/tips/12-skill-bertahan-hidup-yang-harus-kamu-kuasai-jika-ingin-selamat-di-alam-liar/ dan ditambahkan beberapa item yang kelak berguna untuk survival.
1. Menemukan Lokasi Bermalam Yang Aman
Kamu mesti menemukan tempat yang kering dan tidak terletak lebih rendah dari permukaan tanah di sekitarnya. Hindari lembah dan area yang bisa dialiri air karena banjir bisa datang kapan saja. Pilih tempat yang jauh dari sarang serangga atau pohon-pohon lapuk. Kamu nggak mau ditimpuk kayu saat tidur, ‘kan?

2. Mendirikan Shelter Darurat
Ingat ya, ini sekedar tempat berlindung. Jadi jangan harap kamu akan menemukan kenyamanan ala di tenda. Hipotermia adalah pembunuh utama jika kamu terdampar di daerah bercuaca dingin seperti gunung. Supaya selamat, kamu butuh tempat berlindung yang terisolasi agar suhu badanmu tetap hangat.
primitive_shelter
Contoh Shelter darurat
Temukan beberapa cabang pohon yang cukup kuat untuk disusun sebagai tempat berlindung. Gunakan pohon yang masih berdiri sebagai tumpuan. Lapisi shelter kamu dengan daun atau ranting. Jangan lupa, lapisi juga lantainya dengan daun yang lebih lebar. Itu untuk mencegah panas tubuhmu diserap oleh tanah.

3. Menyalakan Api
Kamu dianjurkan menyalakan api menggunakan baterai. Baterai jenis apa aja bisa — kamu tinggal bikin arusnya jadi pendek. Hubungkan kutub (+) dan (-) dari baterai dengan kertas timah (dari bungkus rokok atau permen karet). Percikkan api yang akan tercipta ke bundelan yang terbuat dari benda kering dan lembut seperti akar, rumput, atau kain. Jaga apimu supaya tetap menyala. Siapkan kayu bakar. Jika kamu nggak punya baterai, kamu bisa menyalakan api dengan batu dan gesekan kayu.

4. Membesarkan Api
Setelah berhasil menyalakan api di bundelan, kamu butuh kayu dalam beberapa ukuran: sebesar tusuk gigi, cotton bud, dan pensil. Pertama-tama, siapkan balok kayu seukuran lenganmu sebagai alas bundelan. Kemudian, sandarkan kayu sebesar tusuk gigi dengan miring di atas bundelan tersebut — ini akan membentuk sudut yang bisa dilalui oksigen. Tambahkan kayu yang berukuran lebih besar satu per satu. Begitu seterusnya hingga api unggunmu siap.

5. Mencari Air Bersih
Ada dua jenis air di alam liar: air yang bisa kamu minum dan air yang bisa membunuh kamu. Saat kamu ragu air itu bisa diminum atau nggak, pilihan terbaik kamu adalah memasaknya. Jika opsi memasak air tidak ada di menu, kamu harus bergantung pada hujan dan embun karena air hujan dan embun tidak perlu dimasak. Tampung air ketika hujan. Di pagi hari, usap embun di dedaunan dengan kain lap lalu peras kainnya di wadah penampung. Akar-akar pohon dan beberapa jenis kaktus seperti sylibum (milk thistles) mengandung air di dalamnya. Kalau kamu sedang di luar negeri dan ada pohon mapel disekitarmu, sayat batangnya karena getah pohon mapel bisa jadi sirup berenergi buatmu.

6. Panen Air Dari Pohon
Seperti manusia, tumbuhan itu juga ‘berkeringat’ sepanjang hari. Proses menguapkan air ini namanya transpirasi. Untuk bisa memanen air bersih dan bisa diminum ini, kamu tinggal membungkus ranting pohon yang berdaun dengan plastik, lalu ikat plastiknya rapat-rapat. Dalam waktu beberapa jam air akan terkumpul di dalam plastik dan siap diminum.

7. Mencari Tumbuhan Yang Bisa Dimakan
Dalam situasi dimana tujuan utamamu adalah bertahan hidup, tidak usah muluk-muluk berniat berburu hewan liar. Jangankan rusa, kelinci aja susah ditangkap. Gantungkan hidupmu pada hewan-hewan kecil seperti ikan, katak, atau kadal. Namun, pilihan paling aman adalah menyantap tumbuhan. Pisang dan nanas sangat mudah ditemukan di hutan Indonesia. Selain itu, kamu juga bisa mengonsumsi rotan, rebung, daun semanggi, dan paku-pakuan. Tambah wawasan kamu soal makanan di alam liar dari buku-buku panduan. Berikut ini adalah beberapa tumbuhan yang bisa kamu makan di dalam hutan. (sumber: belantaraindonesia.org)
Daun semanggi
Daun Semanggi
Mungkin Anda pernah melihat ada rumput kecil di bawah tanah, dan memiliki daun mirip yang berbentuk seperti hati. Inilah daun semanggi atau biasa disebut clover.
Tak sulit untuk menemukan rumput clover. Rumput ini termasuk kosmopolit atau mudah ditemukan di dataran, termasuk hutan Indonesia. Nah, saat tersesat, tanaman inilah yang paling mudah Anda cari untuk bahan makanan. Ambil saja daunnya dan bersihkan kemudian konsumsi.

Nanas
Nanas
Buah nanas tidak hanya bisa ditemukan di pekarangan rumah atau ladang saja. Tumbuhan yang masuk dalam suku Bromeliaceae atau nanas-nanasan ini bisa ditemukan di beberapa hutan yang ada di Indonesia.
Jika melihat ada buah nanas yang sudah cukup matang, Anda bisa memakan bagian buahnya. Keluarkan pisau lipat Anda, dan potong kecil-kecil daging buah. Jika membawa garam, nanas sebaiknya direndam dulu di air garam untuk meminimalisir getah.

 Begonia
Begonia
Anda tahu tanaman begonia? Biasanya tanaman ini dipajang di depan rumah sebagai hiasan. Nah, ternyata begonia juga banyak ditemukan di dalam hutan. Ciri-cirinya adalah tumbuhan ini berbulu di bagian tangkai hingga daun.
Meski tanaman berbulu biasanya tidak layak dikonsumsi, begonia bisa Anda manfaatkan sebagai bahan makanan jika sedang tersesat di hutan. Potonglah daun dan tangkainya kecil-kecil sebelum dimakan. Jika Anda membawa alat masak, sebaiknya direbus dulu sebelum dikonsumsi.

Pisang
Pisang
Nah, siapa yang tidak kenal dengan pisang? Buah yang berasal dari famili Musaceae ini biasanya bisa Anda temukan di dalam hutan yang banyak dihuni monyet atau kera. Cukup ambil buahnya yang sudah matang, Anda pun meng-konsumsinya.
Bagaimana kalau pohon pisang yang Anda temukan, belum berbuah? Jangan khawatir, belahlah batang pisang tersebut. Ambil batang muda di bagian paling tengah batang pisang. Batang muda itu bisa dimakan, walaupun rasanya tawar.

Pohpohan
Pohpohan
Pohpohan adalah salah satu tumbuhan yang sudah biasa dijadikan lalapan di rumah-rumah. Tumbuhan berdaun lebar ini ternyata banyak ditemukan di hutan Indonesia. Biasanya, bagian pohpohan yang sering dikonsumsi adalah bagian daun mudanya.

Paku sayur
Paku Sayur
Salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan di dalam hutan, terutama hutan Indonesia adalah jenis paku-pakuan. Tanaman paku memiliki ciri daun bergerigi, dan biasanya ada banyak kantung spora seperti bintik-bintik hitam di bagian bawah daun.
Nah, jika Anda bertemu tanaman seperti ciri-ciri di atas, berarti Anda dihadapkan dengan tanaman paku. Tanaman ini juga biasa dijadikan lalapan, sehingga disebut paku sayur. Sama seperti pohpohan, bagian tumbuhan paku yang bisa dinikmati adalah daun mudanya.
Rotan
Rotan
Nah, selain paku tumbuhan lain yang banyak ditemukan di hutan Indonesia adalah rotan. Biasanya rotan hutan menjadi musuh utama para pendaki karena duri yang menyelimuti seluruh batangnya.
Namun ternyata tumbuhan ini bisa menjadi sahabat ketika Anda tersesat. Buah dari rotan yang masih muda aman untuk dimakan langsung. Sedangkan batangnya menyimpan air yang bisa untuk diminum.

Buah lo
Buah Lo
Mungkin Anda belum pernah mendengar namanya. Ini adalah buah yang dihasilkan dari pohon elow. Beberapa daerah menyebutnya dengan nama buah lo atau elow. Sama seperti tanaman lain, buah lo banyak ditemukan di dalam hutan.
Buah ini berbentuk bulat dengan kulit hijau sedikit mengkilap. Jika dibelah, Anda bisa melihat bagian dalam buah yang diisi banyak biji-biji kecil, seperti bagian dalam buah nangka. Buah lo bisa dimakan mentah atau direbus. Saat mentah buah ini terasa agak asam, namun setelah direbus buah ini terasa manis.

Bambu
Bambu
Saat tersesat dan kehabisan bahan makanan, tengoklah ke sekitar Anda, kali saja ada pohon bambu. Jika ada ambil bagian pangkal bambu muda yang biasa disebut rebung. Potong-potong hingga kecil dan konsumsi bagian yang tidak terasa pahit.
Selaginella
Selaginella
Selaginella adalah tanaman berdaun kecil seperti jenis paku-pakuan lainnya. Ya, selaginella memang masuk dalam kelompok paku.
Umumnya, daun selaginella berwarna hijau, tapi jangan kuatir jika melihat daun ini berwarna biru atau kemerahan. Selaginella memang bisa berfungsi sebagai penentu kadar asam basa tanah. Cara mengonsumsinya harus sedikit berhati-hati, cuci daunnya dan potong kecil-kecil.

Cantigi
cantigi
Nah, Cantigi ini merupakan tumbuhan semak yang biasa terdapat di gunung-gunung pulau Jawa. Cantigi yang merupakan kerabat Ericaceae masih berkerabat dengan bilberry, huckelberry, blueberry, cranberry, dan berbagai buah beri utama lainnya di dunia. Tumbuhan ini dapat di temui di seluruh pulau Jawa pada ketinggian antara 1500-3300 MDPL. Biasanya tumbuhan ini tumbuh mendominasi kawasan sekitar kawah pegunungan.
Ciri-cirinya, pohon ini bisa tumbuh sampai 2 meter lebih, berdaun kecil dan mempunyai pucuk daun berwarna merah, oranye, atau ungu. Pucuk daun inilah yang dapat dimakan dengan sensasi rasa asam, manis, dan segar. Selain pucuk daun, buah cantigi yang berwarna kehitaman juga bisa dimakan dan cukup enak karena rasanya yang manis. Kayu cantigi juga dapat digunakan sebagai kayu bakar untuk keperluan survival.

8. Berburu Dengan Tombak
Ketika hasrat karnivoramu udah gak bisa dibendung lagi, buatlah tombak bermata empat yang akan jauh lebih efektif dalam menangkap ikan dan hewan buruan lain daripada tombak bermata tunggal. Caranya, tebas kayu pohon sehingga panjangnya sama dengan tombak pada umumnya dan diameternya kira-kira 2,5 cm. Belah salah satu ujungnya jadi empat bagian, masing-masing sepanjang 25 cm. Sempalkan kayu atau batu kecil agar empat bagian tadi terpisah. Tajamkan ujung-ujungnya. Jadilah tombak bermata empat hasil kerja keras tanganmu.

9. Menentukan Arah (Navigasi)
Pembahasan ini merupakan bagian pembahasan dari teknik Navigasi Darat. Hal ini penting untuk diketahui jika kamu tersesat. Kamu harus bisa menentukan arah mata angin untuk mengambil keputusan ke mana kamu harus berjalan. Berikut ini adalah beberapa teknik menentukan arah mata angin.
Membaca Kompas Alam
Jika GPS dan kompasmu rusak (atau lupa kamu bawa), dengan mudah kamu bisa menentukan arah timur dan barat dari posisi matahari terbit dan terbenam. Jika kamu menggunakan jam tangan analog, hadapkan jarum pendek ke arah matahari. Tarik garis imajiner diantara jarum pendek dan angka 12 — Garis imajiner tersebut merupakan arah utara.
Bila kamu membawa jarum atau peniti, kamu bisa gesekkan jarum atau peniti tersebut ke rambut atau kain. Tusukkan jarum tersebut pada daun dan letakkan di air. Maka jarum tersebut akan menunjuk ke utara atau selatan. Nah, masalahanya, kita belum tahu pasti yang mana utara yang mana selatan, kan? Untuk itu kamu perlu mengetahui waktu saat itu. Apakah pagi, siang atau sore. Lalu perhatikan matahari. Bila sore, otomatis matahari akan lebih condong ke barat. Maka kamu bisa menentukan kutub utara dan selatan yang ada pada jarum.
Kamu juga bisa memperhatikan lumut. Karena lumut selalu tumbuh menghadap utara.

Membaca Rasi Bintang
Cara paling mudah untuk menentukan arah mata angin setelah matahari terbenam ialah menemukan rasi bintang Beruang Besar. Rasi ini dikenal juga dengan nama Gayung Besar. Istimewanya, ketika rasi bintang lain berputar dan ‘berpindah’ sepanjang malam rasi bintang ini tetap berada di utara. Ciri-ciri gugusan bintang ini adalah terdiri dari 7 bintang dan berbentuk gayung. Nah, di seberang Gayung Besar terdapat gugusan bintang Gayung Kecil, yang seperti namanya berukuran lebih kecil dan nggak sebenderang Gayung Besar. Di ujung ‘gagang’ Gayung Kecil terdapat Polaris a.k.a. North Star: arah utara yang paling hakiki. Di daerah khatulistiwa seperti Indonesia, North Star bisa ditemui di dekat garis horizon.
UMa-UMi-spring1-1024x589-850x488

10. Membuat Simpul Bowline
Beruntung jika kamu dulu rajin ikut kegiatan pramuka: anak-anak pramuka simpul ini sebagai simpul bendera. Bagi kamu yang belum tahu, simpul ini berguna banget untuk mengikat dan menahan beban. Semakin berat beban yang ditahannya, semakin kencang simpul itu mengikat. Caranya:
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7

11. Mengirim Sinyal S.O.S.
Pada suatu waktu, mungkin karena kondisi fisik, satu-satunya harapanmu adalah menunggu pertolongan. Pastikan kamu berada di tempat terbuka seperti padang rumput atau puncak bukit agar kamu mudah dilihat dan dievakuasi.
Pilihan pertama membuat sinyal ialah dengan kepulan asap dari api. Harap diingat: ini bukan soal api gede doang, tapi juga gimana caranya asap yang kamu hasilkan bisa mengepul tebal sehingga menarik perhatian pesawat atau kapal yang lewat. Jadi ketika api yang kamu buat udah membara, tumpukkan dedaunan dan rumput yang masih hijau dan lembab di atasnya. Asap akan mengepul tebal. Walaupun hanya bertahan 10-15 detik, itu akan cukup untuk menarik perhatian.
Pilihan kedua adalah menggunakan sinyal dari cermin. Bahkan refleksi dari cahaya bulan bisa dilihat dari jarak hampir 160 kilometer, lebih jauh jangkauannya daripada senter. Manfaatkan benda apapun yang bisa memantulkan cahaya seperti spion atau layar ponsel. Kuncinya ialah mengarahkan pantulan cahaya secara tepat, dan ini cukup mudah. Arahkan cermin yang kamu punya ke matahari atau bulan (tidak secara langsung, tapi dimiringkan sedikit) hingga kamu melihat pantulan cahaya di permukaan cermin tersebut. Ketika kamu melihat kapal atau pesawat lewat, bikin salam peace dengan salah satu tangan kamu, dan “letakkan” kapal atau pesawat nan jauh disana itu di antara dua jari damai tadi. Kemudian gerakin pemantul cahaya maju dan mundur dibelakang salam peace kamu.


Disusun dan dirangkum dari berbagai sumber, termasuk sumber lisan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar